Selasa, 03 Oktober 2017

Jamur Basidiomycota

Identifikasi Jamur Basidiomycota
Jamur Tiram (Pleurotes ostreatus)

Basidiomycota adalah divisio dalam Kerajaan (RegnumFungi (cendawan) yang mencakup semua spesies yang memproduksi spora dalam tubuh berbentuk kotak yang disebut basidium. Basidiomycotina dibagi menjadi Homobasidimycotina (jamur yang sebenarnya); dan Heterobasidiomycetes. Basidimycotina dapat dibagi lagi menjadi tiga kelas: Hymenomycotina (Hymenomycetes), Ustilaginomycotina (Ustilaginomycetes), dan Teliomycotina (Urediniomycetes).
Basidimycotina mempunyai bentuk uniseluler dan multiseluler dan dapat bereproduksi secara generatif dan vegetatif. Habitat mereka ada di terrestrial dan akuatik dan bisa dikarakteristikan dengan melihat basidia, mempunyai dikaryon.
Basidiomycota memiliki ciri-ciri yang yang lain yaitu:
a.       Hifanya bersekat, mengandung inti haploid.
b.      Mempunyai tubuh buah yang bentuknya seperti payung yang terdiri dari bagian batang dan tudung. Pada bagian bawah tudung tampak adanya lembaran-lembaran (bilah) yang merupakan tempat terbentuknya basidium. Tubuh buah disebut basidiokarp.
c.       Reproduksi secara seksual dan aseksual.
d.      Miselium ada 3 macam, yaitu:
1.      Miselium primer, yaitu miselium yang sel-selnya berinti satu hasil pertumbuhan basidiospora.
2.      Miselium sekunder, yaitu miselium yang sel-selnya berinti dua.
3.      Miselium tersier, yaitu miselium yang terdiri atas miselium sekunder yang terhimpun membentuk jaringan yang teratur pada pembentukan basidiokarp dan basidiofor yang menghasilkan basidiospora.
Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
Bila melihat peranan peting jamur, sepertinya jamur memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia  Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) atau jamur tiram putih adalah jamur pangan dengan tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem dan jamur tiram mempunyai ciri-ciri :
1.            Tubuh buah memiliki tangkai yang tumbuh menyamping
2.            Bentuknya seperti tiram (ostreatus), sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.
3.            Bagian tudung berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm.
4.            Tepi tudung mulus sedikit berlekuk.
5.            Spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm.
6.            Miselia berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat.
             Dalam dunia pertanian, jamur tiram termasuk komoditas sayuran yang budi dayanya tidak menggunakan pupuk anorganik dan relatief tidak terkontaminasi oleh peptisida karena sifatnya yang dapat menyerap racun sehingga tidak perlu dikhawatirkan akan mengandung bahan kimia di dalamnya.
Siklus Hidup

Pada umumnya jamur tiram, Pleurotus ostreatus, mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual maupun seksual. Seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium.  Sedangkan secara seksual, reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia dewasa. Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak pada kantung basidium.
Mula-mula basidiospora bergerminasi membentuk suatu masa miselium monokaryotik, yaitu miselium dengan inti haploid. Miselium terus bertumbuh hingga hifa pada miselium tersebut berfusi dengan hifa lain yang kompatibel sehingga terjadi plasmogami membentuk hifa dikaryotik. Setelah itu apabila kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara 10-20 °C, kelembapan 85-90%, cahaya mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka tubuh buah akan terbentuk. Terbentuknya tubuh buah diiringi terjadinya kariogami dan meiosis pada basidium. Nukleus haploid hasil meiosis kemudian bermigrasi menuju tetrad basidiospora pada basidium. Basidium ini terletak pada bilah atau sekat pada tudung jamur dewasa yang jumlahnya banyak (lamela). Dari spora yang terlepas ini akan berkembang menjadi hifa monokarion. Hifa ini akan memanjangkan filamennya dengan membentuk cabang hasil pembentukan dari dua nukleus yang dibatasi oleh septum (satu septum satu nukleus). Kemudian hifa monokarion akan mengumpul membentuk jaringan sambung menyambung berwarna putih yang disebut miselium awal dan akhirnya tumbuh menjadi miselium dewasa (kumpulan hifa dikarion). Dalam tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan plasmogamikariogami, dan meiosis hingga membentuk bakal jamur. Nantinya, jamur dewasa ini dapat langsung dipanen atau dipersiapkan kembali menjadi bibit induk.


Syarat Pertumbuhan
Dalam menggunakan media pertumbuhan, jerami yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis jerami yang keras sebab jerami yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu jerami yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis.  Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jerami sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu jerami yang digunakan tidlak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain.  Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya.  Kadar air diatur 60 - 65 % dengan menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik.
Habitat Jamur Tiram
Secara alami, jamur tiram Pleurotus ditemukan di hutan dibawah pohon berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu.  Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah.  Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar. Pada masa pertumbuhan misellium, jamur tiram sebaiknya ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar.  Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas penyinaran 60 - 70 %.
Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 28 OC dengan kelembapan 60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22 OC.
Tingkat keasaman media juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram.  Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat.  bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri.  Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur (Calsium carbonat).

Kondisi di atas lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700–800 m dpl. Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidaklah mustahil asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan keperluan jamur.

Senin, 02 Oktober 2017

Konsep PKT Tomat

Konsep Pengelolaan Kesehatan Tanaman Tomat
Tanaman tomat merupakan salah satu komoditas  hortikultura yang sangat berpotensi dikembangkan, karena mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi dan potensi ekspor yang besar. Peningkatan kebutuhan tomat sering  tidak diimbangi  dengan peningkatan produksinya. Perkembangan pengetahuan, sekarang tomat tidak hanya sebagai pelengkap untuk makanan melainkan juga sudah dikenal luas untuk kecantikan. Manfaat tomat untuk kecantikan antara lain adalah untuk mengecilkan pori-pori dan mencerahkan kulit karena tomat kaya dengan kandungan vitamin C.
Buah tomat menjadi bagian utama bahan pangan manusia. Tetapi dalam budidayanya tanaman tomat tidak selalu dapat dipanen dalam keadaan yang segar dan baik. Ada saja serangan organisme peganggu yang menyebabkan petani gagal panen. Produksi tomat di Indonesia setiap tahun mengalami fluktuasi.  Salah satu kendala yang menjadi faktor pembatas dalam meningkatkan produksi tanaman  tomat  adalah  penyakit layu Fusarium (Rosmahani et al., 2002). Penyakit yang harus diwaspadai menyerang pada tanaman tomat adalah layu fusarium
Penyakit layu fusarium ini disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum. Patogen ini akan menginfeksi jaringan pembuluh tanaman sehingga menyebabkan terhambatnya sistem serapan air dan hara dari dalam tanah. Cara kerja dari patogen ini adalah dengan membentuk koloni (sekelompok) dipangkal batang tanaman, selanjutnya patogen ini akan mengambil air dan hara yang dibutuhkan tanaman terus menerus. Air dan hara tanaman yang seharusnya di alirkan ke jaringan tanaman menjadi berkurang, sehingga menyebabkan tanaman tomat layu dan mati.
Pengendalian OPT sangat diperlukan dalam budidaya tanaman tomat. Selain itu ada beberapa langkah langkah yang digunakan dalam proses budidaya tanaman tomat. Seperti pengolahan lahan, penyiapan bibit/benih tahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pengelolaan pasca panen. Beberapa langkah diatas merupaka salah satu hal yang harus dilakukan dalam budidaya tanaman tomat.



Konsep Pengelolaan Kesehatan Tanaman
            Dalam konsep PKT dituntut untuk dapat mengelola tanaman agar sebisa mungkin terhindar dari serangan OPT. Sebelum pengendalian diusahakan agar segala kebutuhan budidaya dapat terpenuhi, sperti pengolahan lahan yang sehat serta penyediaan bibit yang tahan terhadap hama penyakit tanaman. Salah satunya yaitu penggunaan bibit tahan yang dapat meminimalisir serangan hama peyakit serta pengendalian yang digunakan pun tidak terlalu besar.

Dalam hal ini petani harus dapat menjaga kesehatan dari tanaman tomat itu sendiri agar tidak terserang hama penyakit tanaman tomat. Diantaranya menjaga irigasi lahan, lingkungan yang tidak nyaman untuk hama penyakit berkembangbiak dan menyebar, ketahanan tanaman terhadap serangang hama penyakit baik secara vertikal maupun permanen.
Skema diatas merupakan upaya yang dapat dilakukan utnuk melakukan PKT (Pengelolaan Kesehatan Tanaman). Pengoptimalisasian ketahan tanaman juga sangat diperlukan, ketahanan tanaman secara vertikal dengan memanfaatkan gen gen yang dapat melawan beberapa penyakit yang dapat menyerang tanaman tomat. Untuk ketahanan secara permanen maka fisik dari tanaman tomat tersebut seperti terdapatnya bulu-bulu halus yang ada pada batang dan daun juga merupakan suatu bentuk pertahanan aktif yang dimiliki tanaman tomat.

PHT Padi Sawah dengan Predator Alami

Pengelolaan Hama Penyakit Terpadu



Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi pertanian. Untuk pengendalian OPT, jalan pintas yang sering dilakukan adalah menggunakan pestisida kimia. Padahal penggunaan pestisida yang tidak bijaksana banyak menimbulkan dampak negatif, antara lain terhadap kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan hidup.

Memperhatikan pengaruh negatif pestisida tersebut, perlu dicari cara-cara pengendalian yang lebih aman dan akrab lingkungan. Hal ini sesuai konsepsi pengendalian hama terpadu (PHT), bahwa pengendalian OPT dilaksanakan dengan mempertahankan kelestarian lingkungan, aman bagi produsen dan konsumen serta menguntungkan petani. Pengendalian Hama Terpadu(PHT) merupakan gabungan beberapa metode pengendalian baik secara biologi, fisik mekani, teknis budidaya dan penggunaan pestisida sebagai alternatif pengendalian terakhir.


Pada masa masa permulaan program intensifikasi untuk meningkatkan produksi pangan , masalah hama yang makin meningkat diusahakan ditanggulangau hanya dengan pestisida . Namun pengalaman menunjukkan bahwa selalu menggantungkan kepada pestisida saja tidak cukup masalah hama tidak dapat diatasi malah makin menjadi jadi sebab hama berkembang menjadi tahan terhadap pestisida malah ada kesan hama makin banyak untuk beberapa kasus.
Disamping itu penngunaan pestisida menimbulkan berbagai dampak yang merugikan lingkungan. Berbagai species yang bukan hama musnah akibat pestisida ,air tanah dan udara ikut tercemar. Residu pestisida mengakibatkan kesehatan yang mengkonsumsinya menjadi terancam.Disamping itu secara ekonomi penggunaan pestisida yang tak bijaksana malah merupakan pemborosan biaya usahatani. Untuk mengurangi dampak negatif penggunan pestisida yaitu dengan konsep pengendalian hamaterpadu .
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) menitik beratkan pada terpeliharanya ekosistem produksi pertanian tetap dapat dipertahakan dan kesehatan yang mengkonsumsinya aman dari pestisida . Demikian pula penerapan PHT pada tanaman cabe menitik beratkan kepada penggunaan pestisida yang seminimal mngkin . Pada penerapannya diawali dengan pengamatan yang seksama sehingga dalam pengambilan keputusan pengendalian diambil teknik atau taktik pengandalian yang tepat tanpa harus mengganggu musuh alami yang ada dipertanaman cabei tersebut.
Masalah hama timbul karena terjadinya perubahan pada ekosistem pertanian (agroekosistem) yang dibawa oleh perubahan cuaca, perubahan populasi pengendali alami dan perubahan yang diakibatkan  oleh kegiatan budidayaa tanaman

Dinamika ekosistem pada umumnya,dinamika , dinamika populasi hama dan dinamika populasi musuh alami harus diikuti perkembangannya secara terus menerus melalui kegiatan pengamatan . Agar informasi yang terkumpul tidak terlambat bagi adanya pengambilan keputusan pengendalian maka frekwensi pengamatan ditentukan satu minggu. Setiap minggu petani harus melakukan pengamatan dilahan usahataninya, mengadakan analisa terhadap hasil pengamatan dan mengambil keputusan tentang tindakan yang perlu dilakukan.
Pengambilan sampling diperlukan pada saat penganmatan hama dilakukan. Sampling adalah langkah yang pertama dalam metode pengelolaan hama, sedang metode penarikan contoh tersedia cukup banyak, yang pada dasarnya digolongkan kedalam dua golongan, yaitu secara acak dan sistematis.
Pemilihan metode penarikan contoh yang sesuai untuk menduga populasi hama tertentu ditentukan oleh jenis hama dan pola sebaran populasi hama tersebut. Metode penarikan contoh dikatakan baik apabila mudah dilaksanakannya, mampunyai ketelitian yang tinggi, dan biayanya murah.

Hasil sampling akan digabungkan dengan informasi yang lain yang didapatkan, seperti populasi musul alami, populasi tanaman yang sehat dan yang terserang hama, besarnya biaya produksi, dan cuaca untuk membuat analisa ekosistem lahan, guna menetapkan keputusan apa yang harus diambil.

Pengelolaan Pada Lahan Padi

Di daerah pesawahan terdapat kumpulan mahluk hidup berupa serangga-serangga berguna, laba-laba dan penyakit yang menyerang hama tanaman padi. Spesies serangga berguna itu dapat mengendalikan kepadatan populasi hama padi, terutama ditempat yang menghindari penggunaan pestisida yang memiliki daya racun cukup luas. tanpa bekerjanya spesies berguna tersebut, serangga hama akan memperbanyak diri dengan cepat sehingga mereka dapat memakan habis pertanaman padi.
Hama mempunyai kemampuan berkembang biak yang tinggi guna mengimbangi adanya tingkat kematian tinggi pula dalam menghadapi alam. Misalnya satu induk wereng batang cokelat padi sebetulnya dapat menghasilkan banyak keturunan, tetapi karena bekerjanya preator, parasit dan penyakit, sehingga hanya 1 atau 2 dewasa yang dapat hidup setelah satu generasi. bukanlah sesuatu yang luar biasa bila terjadi mortalitas sebesar 98 - 99%. Kalau tidak demikian tingkat kepadatan hama akan terjadi ledakan.
Musuh alami juga mempunyai musuhnya sendiri di alam. Setiap jenis parasit atau predator juga mempunyai predoator, parasit dan penyakitnya sendiri. Kebanyakan predator bersifat kanibalistik atau memakan temannya sendiri. Prilaku ini ada baiknya, karena dapat menjamin bahwa meskipun dalam keadaan tanpa mangsa di lapangan masih terdapat beberapa predator yang tetap hidup dan melanjutkan siklusnya.
Keseimbangan alam antara serangga hama dan musuh alaminya sering diganggu oleh penggunaan racun serangga yang tidak tepat dan berlebihan. Meskipun dalam keadaan tertentu insektisida masih kita perlukan, namun penggunaanya harus secara bijaksana agar dapat menyelamatkan dan melestarikan kehidupan alami yang sangat peka tersebut.
Terdapat beberapa predator yang dapat menjadi musuh alami dari serangan hama maupun penyakit yang menyarang tanaman padi, sehingga dapat meminimalisir penggunaan pestisida kimiawi. Beberapa jenis predator seperti laba-laba, kumbang kubah dan kumbang tanah, mencari mangsa seperti wereng daun, wereng batang, ngengat dan larva penggerek batang serta ulat pemakan daun di pertanaman padi. Laba-laba lebih menyenangi mangsa yang bergerak meskipun beberapa diantaranya dapat menyerang kelompok telur. Banyak jenis laba-laba berburu mangsa hanya pada malam hari, sementara jenis yang lain membuat jala perangkap kemudian dikumpulkan dalam jala tersebut sepanjang siang dan malam hari
Banyak jenis kumbang diantaranya belalang predator dan jengkerik ternyata lebih menyukai mangsa berupa telur serangga. Seekor laba-laba pemburu dewasa dapat menyerang 5-15 wereng batang padi coklat tiap hari.

Predator-predator tersebut perlu dijaga keberadaanya, antara lain dengan cara mengurangi penggunaan insektisida yang memiliki daya racun luas. Penggunaan insektisida sebaiknya dipilih jenis yang meracuni hama tanpa meracuni predator.

No
Gambar
Nama Predator
1


Kumbang Kubah

Larva kumbang ini lebih rakus memakan 5-10 mangsa (telur, nimpa, larfa, dewasa) wereng batang padi daripada yanng dewasa
2


Laba-laba loncat

Laba-laba ini memangsa wereng daun dan serangga lainnya.



DAFTAR PUSTAKA.




Anonim, 2008. Masalah Lapang Hama, Penyakit, Hara pada Padi. Puslitbang Tanaman Pangan, Kementrian Pertanian RI. Bogor.

Novizan, 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agro Media Pustaka. Jakarta.


Nur Tjahjadi, 1996. Hama dan         Penyakit Tanaman. Penerbit      Kanisius. Yogyakarta.


Sudarmo Subiyakto, 1990. Pestisida. Penerbit     Kanisius. Yogyakarta.


Suprihatno Bambang, dkk, 2010. Diskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Padi . Kementrian Pertanian. Sukamandi Jawa Barat.







Rabu, 17 Mei 2017

Membuat Artikel Tentang Sistem Informasi Geografis
Aplikasi Pendukung Di Bidang Pertanian

          Dalam dunia yang serba digital sekarang ini, ditambah lagi teknologi yang terus berkembang, penerapan aplikasi teknologi dalam berbagai bidang pun terus dilakukan, tidak terkeculai pada sektor pertanian, sketor perekonomian utama di Indonesia mengingat sebagian besar penduduknya menggantungkan hiduo dalam dunia pertanian.
Salah satu contohnya adalah aplikasi pada Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG merupakan suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus utnuk menangani data yang bereferensi keruangan.
            SIG ini sudah banyak membantu para ahli dalam mengumpulkan data secara cepat. Pada bidang pertanian SIG dapat digunakan untuk inventarisasi, manajemen, dan kesesuaian lahan untuk pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, perencanaan tata guna lahan, dan hal lain sebagainya.
Pada pembahasan kali ini aplikasi yang digunakan untuk sektor pertanian yaitu dapat mencakup seluruh hal diatas. Karena pada SIG informasi yang dibutuhkan harus secara detail dan dapat dibaca serta dipahami oleh hampir seluruh kalangan khususnya yang bekerja pada bidang pertanian. pembuatan aplikasi juga harus disertai dengan arahan serta kegunaan masing masing tool pada saat pengaplikasian. Sehingga pada saat pengoperasian tidak terlalu mengalami kesulitan.
Aplikasi ini harus dapat memuat data-data seperti jumlah lahan kosong, kondisi tanah, jenis tanaman, kondisi lingkungan sekitar, dan pengaruh yang ditimbulkan pada saat penggunaan lahan disekitarnya. Hal ini dapat membantu dalam proses budidaya maupun perkebunan yang mengelola sebuah komoditas besar untuk pabrikan seperti kelapa sawit.
                Keadaan lahan, garis lintang, garis bujur serta derajat yang terdapat pada peta juga merupakan informasi penting yang harus dapat diterjemahkan oleh aplikasi SIG yang mendukung pada bidang/sektor pertanian. adanya aplikasi ini dapat mempermudah masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian berskala besar karena aplikasi ini dapat menjadi kontrol dan alat pemantau yang dimana para pemantau tidak harus terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui keadaan lahan yang akan digunakan untuk sistem budidaya yang akan dilakukan. Tentunya dapat mempercepat kerja dalam pembangunan sektor pertanian berskala besar atau industri.
               Pemeriksaan lahan sebelum proses penggunaan lahan juga merupakan hal yang sangat penting pada sistem pertanian, pembuatan saluran irigasi, perkiraan jumlah tanaman yang ditanam, luas lahan, serta jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan selain tanaman utama.
SIG juga dapat membantu dalam penataan ruang pada lahan, yang bertujuan untuk pemanfaatan ruang secara efisian dan tepat.
Contoh hal yang dapat dilakukan oleh Aplikasi SIG pendukung sektor pertanian antara lain :
1.      Mengelola Produksi Tanaman
Aplikasi ini dapat digunakan untuk membantu mengelola sumberdaya pertanian dan perkebunan seperti luas kawasan untuk tanaman, pepohonan, atau saluran air. Proses pengolahan tanah, proses pembibitan, proses penanaman, proses perlindungan dari hama dan penyakit tanaman dapat dikelola dengan baik dan mudah.
2.      Mengelola Sistem Irigasi
Dapat digunakan untuk memantau dan mengendalikan irigasi pada tanah tanah yang dikelola tnpa terjun lapangan secara terus menerus.
3.      Pembuatan Sarana Pengairan Dan Jaringan Irigasi
Pembuatan sarana pengairan dan jaringan irigasi diperlukan data geospasial berupa data bentuk lahan makro, kelerengan dan lithologi, data penggunaan lahan, data sebaran penduduk dan kepemilikan lahan dan data sumber-sumber air alami, terutama jenis sumber air, lokasi, dan debit air.

Pemanfaatan SIG dalam bidang pertanian pada umumnya diperlukan beberapa data masukan, berupa data spasial seperti : peta rupa bumi, peta geologi, foto udara, citra satelit atau citra radar, dan data atribut seperti : data iklim, dan data social penduduk. Peta rupabumi digunakan sebagai dasar pembuatan peta administrasi dan peta kontur. Peta geologi digunakan untuk membantu analisis dan pembuatan peta tanah. Foto udara, citra satelit, dan citra radar digunakan untuk analisis dan pembuatan peta tutupan/ penggunaan lahan. Data iklim digunakan untuk analisis dan pembuatan peta curah hujan/ intensitas hujan. Data sosial penduduk digunakan untuk analisis dan pembuatan peta sebaran penduduk/ petani. Data-data sebagaimana tersebut di atas digunakan untuk pembuatan peta satuan lahan homogen atau peta dasar/ peta kerja lapang. Melalui pengamatan lapang dan analisis sampel tanah dan air di laboratorium, serta analisis statistik, kemudian dibuat peta akhir sesuai tujuan yang diharapkan.
Fungsi dari produk SIG sangat bergantung dari tujuan awal pekerjaan SIG, namun demikian pada beberapa produk SIG terkadang dapat dimanfaatkan untuk tujuan lain yang tidak terprediksikan sebelumnya. Sebagai contoh, peta tutupan/ penggunaan lahan di suatu wilayah terkadang digunakan sebagai dasar pertimbangan utama untuk perencanaan pembangunan/ tata ruang, evaluasi sumberdaya lahan, rehabilitasi lahan, relokasi permukiman, dan estimasi ledakan hama dan penyakit tanaman. Dengan demikian suatu produk SIG terkadang memiliki multifungsi.
Di bidang pertanian, produk SIG sangat berguna untuk memprediksi luas area dan produksi komoditas pertanian, penetapan centra pertanian, pemetaan potensi sumberdaya lahan, pengembangan agroindustri, dan agropolitan, serta prediksi sebaran hama dan penyakit tanaman. Produk SIG yang dibuat pada skala besar (detil) dan menggunakan data masukan beresolusi tinggi memberikan keakuratan hasil (produk) yang tinggi, namun daerah cakupan produk SIG umumnya tidak terlalu luas. Produk SIG yang dibuat dengan skala kecil serta menggunakan data masukan beresolusi rendah umumnya mempunyai tingkat keakuratan hasil yang rendah, namun mencakup daerah pemetaan yang luas.
Sejalan dengan kemajuan teknologi komputer dan telekomunikasi, pemanfaatan SIG dalam bidang pertanian pada saat ini telah mengalami banyak kemajuan, diantaranya adalah :
1.             untuk perumusan/ penetapan rencana strategi pengembangan pertanian;
2.             prediksi luas panen dan produksi pertanian;
3.             monitoring perubahan tataguna lahan pertanian;
4.             penetapan daerah centra komoditas pertanian unggulan;
5.             evaluasi sumberdaya lahan pertanian;
6.             pembuatan jalur transportasi/ perdagangan komoditas pertanian antar daerah;
7.             analisis pemasaran sarana produksi pertanian;
8.             sebagai alat bantu analisis spasial berbagai penelitian pertanian; dan
9.     sebagai alat bantu interaksi, komunikasi dan informasi antar petani dan paran pemerhati pertanian berbagai daerah/ negara.
Sistem Informasi yang berkaitan dengan catatan permukaan bumi (geografi) secara konvensional (manual, sederhana) telah dilakukan oleh berbagai instansi sejak lama dalam bentuk peta, tabel, dan laporan yang disimpan dalam almari dan filing cabinet.

Semua ilmu yang berhubungan dengan SIG dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu ilmu-ilmu yang berkaitan dengan perkembangan konsep dasar SIG (misal : fisika, matematik, informatika, elektronika, penginderaan jauh), dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan aplikasi SIG untuk suatu tujuan (misalnya : oceanografi, vulkanologi, planologi, pertanian).



Kesimpulan

Pembahasan yang berkaitan dengan aplikasi atau bidang-bidang yang mebutuhkan analisis dalam sekala wilayah luas dan perencanaan jangka panjang sangat mempermudah jika menggunakan aplikasi SIG, seperti yang tergambar pada bidang pertanian, SIG lebih banyak dimanfaatkan untuk tujuan analisis kesesuaian/ kemampuan lahan untuk pertanian, estimasi produksi beberapa komoditi pertanian, estimasi serangan hama-penyakit tanaman, prediksi erosi tanah, monitoring dan analisis perubahan tataguna lahan, analisis kerentanan banjir dan longsor tanah akibat perubahan penggunaan lahan, perencanaan tataguna lahan, ekstensifikasi pertanian, monitoring kerusakan dan kebakaran hutan, monitoring agroklimatologi, survei dan pemetaan tanah, evaluasi dan klasifikasi tanah, pemetaan sumberdaya lahan, perencanaan jaringan irigasi, analisis daya dukung lahan pertanian, dan perencanaan perdesaan.